Membaca sirah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bukan sekedar untuk bahan bacaan dan mendapatkan informasi sesaat di mana setelah itu selesai, tetapi lebih dari itu; yaitu untuk meneladani sifat dan kehidupan beliau dalam segala hal, mengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya dan menerapkannya dalam kehidupan.
Sirah nabawiyah adalah sejarah perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun setelah diangkat menjadi Rasul, hingga wafatnya beliau.
Sebelum mengenal silsilah Rasulullah Observed, tak ada salahnya untuk lebih dulu mengetahui tentang kisah kelahirannya.
Lawrence Conrad examines the biography publications composed while in the early write-up-oral period and sees that a time period of 85 a long time is exhibited in these performs concerning the day of Muhammad's start. Conrad defines this as "the fluidity (evolutionary system) remains continuing" in the story.[1]
Dipaparkan pula sisi kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam secara lengkap dan terperinci kemudian ditutup dengan pemaparan detik-detik terakhir kehidupan beliau serta gambaran sifat dan budi pekerti beliau.
In keeping with Wim Raven, it is commonly observed that a coherent impression of Muhammad cannot be formed through the literature of sīra, whose authenticity and factual price have been questioned on the number of various grounds.
Semoga Allah menerima apa yang anda kerjakan, memberikan kita semua pengetahuan dan membantu kita dalam melakukan amal saleh (Aamiin)
Ranging from the 8th and ninth century, several scholars have devoted their efforts to each forms of texts equally.[6] Some historians look at the sīrah and maghāzī literature for being a subset of Hadith.[7]
Silsilah Rasulullah dari ayah dan ibu harus dipahami umat muslim di dunia sebagai bukti kecintaannya pada Nabi Muhammad. Nasab beliau dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan garis keturunan orang, yakni:
Elements of sīrah were being influenced by, or elaborate on, activities outlined within the Qur'an. These pieces ended up generally used by writers of tafsir and asbab al-nuzul to supply background information for events outlined in certain ayat.[4]
Considering the fact that Abd al-Malik didn't enjoy the maghāzī literature, these letters were not created in story form. He is not identified to own penned any guides on the topic.[eight]
Some areas or genres of sīra, specifically People addressing miracles, never qualify as resources for get more info scientific historiographical details about Muhammad, except for displaying the beliefs and doctrines of his Neighborhood.[thirteen]
Diterjemahkan dari buku asli yang telah direvisi sendiri oleh pengarangnya sehingga otomatis banyak tambahan yang bermanfaat dan penghapusan hal-hal yang tidak diperlukan
The subsequent is a summary of a lot of the early Hadith collectors who specialized in amassing and compiling sīrah and maghāzī reports:
Bukan itu saja, bahkan kelengkapan sirah beliau mencakup semua aspek kehidupannya mulai dari persoalan ibadah, mu’amalah, sosial dan sebagainya. Hal ini menandakan bahwa sirah beliau tidak sekedar menitikberatkan perhatian pada hal-hal yang bersifat ukhrawi saja, namun juga yang bersifat duniawi.
At later intervals, certain type of tales included in sīrah made into their own personal different genres. 1 genre is worried about tales of prophetic miracles, identified as aʿlām al-nubuwa (literally, "proofs of prophethood"—the very first word is usually substituted for amārāt or dalāʾil).